Translate

Minggu, 28 Desember 2014

Pengaruh Tayangan Kekerasan Ditelevisi Terhadap Perilaku Agresif Remaja



Tayangan kekerasan
Kekerasan adalah tindakan yang tidak pantas dilakukan jika tidak memiliki alasan yang kuat dan jelas. Menurut P. Larellier ‘kekerasan dapat didefinisikan sebagai prinsip tindakan yang mendasarkan diri pada kekuatan untuk memaksa pihak lain tanpa persetujuan’ (Haryatmoko 2007). Istilah “kekerasan” juga mengandung kecendrungan agresif untuk melakukan prilaku yang merusak. Dalam kekerasan terkandung unsur dominasi terhadap pihak lain dalam berbagai bentuknya: fisik, verbal, moral, psikologis, atau melalui media gambar. Penggunaan kekuatan, manipulasi, fitnah, pemberitaan yang tidak benar, pengkondisian yang merugikan, kata-kata yang memojokkan, penghinaan merupakan salah satu ungkapan nyata kekerasan.
Prilaku remaja
Pengertian dari remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa (Iskandarsyah 2006). Pada masa remaja tidak hanya terjadi perubahan secara emosional saja tetapi juga terjadi perubahan secara fisik dan perkembangan seksual remaja. Masa remaja memiliki ciri-ciri tertentu yang dapat membedakan masa remaja dengan masa pertumbuhan yang lain seperti adanya perkembangan fisik, rasa keingintahuan yang besar, memiliki keinginan untuk dapat berkomunikasi dan mendapat kepercayaan dari orang-orang yang lebih dewasa darinya karena merasa sudah dapat bertanggung jawab, adanya perkembangan intelektual, dan sudah mulai berfikir mandiri. Pada umumnya masa remaja adalah masa dimana remaja sedang mencari jati diri atau identitas.
Pengertian prilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak langsung dapat diamati pihak luar (Notoadmojo 2003 dalam Nando 2011). Sedangkan prilaku remaja adalah kegiatan yang dilakukan oleh remaja yang terbentuk dengan pengaruh dari faktor perkembangan dalam diri remaja dari faktor perkembangan dalam diri remaja dan faktor perkembangan sosial di lingkungan sekitarnya.

Hubungan antara tayangan kekerasan pada televisi dengan prilaku agresif remaja.
Remaja merupakan fasesetelah kanak-kanak. “Masa remaja menunjukkan masa transisi dari kanak-kanak ke masa dewasa. Batas umurnya tidak dirinci dengan jelas, tetapi secara kasar berkisar antara umur 12 tahun sampai akhir belasan tahun ketika pertumbuhan,” (Atkinson dkk 1983 dikutip Virgin Valentine 2009).
Agresif menurut Baron (Koeswara, 1988) adalah tingkah laku yang ditunjukkan untuk melukai dan mencelakai individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Prilaku agresif remaja memiliki keterkaitan dengan tayangan kekerasan pada televisi. Prilaku agresif dalam menonton film kekerasan dapat dilihat dari ekspresi ketika marah, reaksi terhadap prilaku agresi dari orang lain, dan perasaan yang muncul setelah berprilaku agresi. Namun hanya dengan menonton adegan kekerasan di film saja orang tidak langsung akan menjadi agresi.
Menurut David O. Sears, Jonathan LF, dan LA Peplau (1985) berbagai teori pisikologi sosial menyatakan bahwa kekerasan di televisi atau dalam film dapat meningkatkan agresif penontonnya. Agresi tidak hanya dilakukan untuk melukai korban secara fisik, tetpi juga secara psikis. Misalnya, melalui kegiatan yang menghina atau mencela.

Pengaruh televisi dengan prilaku remaja.
Kelebihan yang dimiliki oleh televisi dalam menyebarkan informasi dan menghibur khalayak dibandingkan dengan media massa yang lain menjadi faktor penting alasan keterkaitan khalayak dalam memenuhi kebutuhan mereka akan informasi, pengetahuan dan hiburan. Mereka mempresepsikan bahwa seluruh informasi yang mereka dapatkan dari televisi adalah benar. Selain itu, mereka merasa dengan menonton televisi mereka dapatberkomunikasi dengan banyak orang. Sehingga mereka lebih senang menonton televisi dari pada membaca buku.
Ketergantungan terhadap televisi terjadi pada seluruh kalangan usia khususnya kalangan remaja.Ketertarikan remaja untuk menonton televisi didorong oleh faktor rasa keingintahuan yang kuat akan segala sesuatu hal yang baru bagi remaja dilingkungan sekitar mereka. Dengan keadaan masa remaja yang sedang dalam masa transisi tersebut juga mempengaruhi tingkat emosional yang masih labil dalam beradaptasi dengan perubahan. Keadaan emosi remaja yang masih labil mempengaruhi tingkat emosional yang masih labil dalam beradaptasi dengan perubahan.
Keadaan emosi remaja yang masih labil tersebut maka dengan mudah mereka terpengaruh dengan faktor lain, salah satunya adalah pengaruh dari media elektronik. Menurut Valentine (2009) pengaruh televise terhadap remaja yakni : (1) pengaruh pada sikap yaitu tokoh pada televise biasanya digambarkan dengan sterotip. (2) pengaruh pada prilaku yaitu keinginan anak untuk meniru. Berdasarkan dari beragam tujuan yang dimiliki oleh remaja yang sedang dalam masa transisi untuk memenuhi kebutuhan mereka akan informasi. Cepat atau lambatnya proses terpengaruhnya prilaku remaja demgan ketergantungan mereka menonton televisi dapat dipengaruhi oleh intensitas atau frekuensi mereka dalam menonton televisi.
Berdasarkan pembahasan yang tertera diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa terdapat keterkaitan antara pengaruh dari kegiatan menonton televisi dengan prilaku agresif remaja. Dan dapat disimpulkan bahwa tayangan kekerasan mempengaruhi prilaku agresif remaja. Masa remaja merupakan masa dimana remaja sedang mencari identitas, maka dengan mudah terpengaruh faktor luar. Menonton tayangan kekerasan yang sering akan membuat remaja semakin terpacu untuk melakukan tindakan kekerasan. Dan dapat kita ketahui, remaja menjadi korban karena dibiarkan menyaring sendiri tayangan yang layak disaksikan dan yang tidak dapat disaksikan. Hal ini terlihat adanya perubahan prilaku baik berupa pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Kemudian, saran yang dapat diberikan oleh penulis dengan adanya pembahasan diatas adalah remaja lebih cermat dalam memilih informasi yang bermanfaat dan berdampak positif bagi dirinya sendiri. Disarankan agar remaja mencari kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat untuk mengurangi intensitas menonton televisi. Remaja sudah harus pintar dalam memilih lingkungan bergaul yang dapat membawa pengaruh negatif atau positif. Pihak televisi sebaiknya mengontrol tayangannya agar tidak menampilkan tayangan yang terlalu banyak menampilkan adegan kekerasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar